Rabu, 03 April 2013

Cerita Hikmah : Imam dan Sarung Bolong


Imam dan Sarung Bolong


Bismillahirrahmanirrahim,
Semoga Allah ‘azza wajalla mengampuni setiap kesalahan kita, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, yang sirr maupun yang jahr.
Sebuah pengalaman yang sungguh tidak pernah direncanakan. Suatu hari, tepatnya Kamis malam Jum’at saat setelah adzan maghrib berkumandang di masjid, saya bergegas wudhu dan mengenakan baju serta kain sarung. Tanpa memperhatikan kain yang saya pakai, saya langsung menuju masjid karena takut tertingal shalat berjama’ah.
Setibanya di masjid tepat dikumandangkan iqomah, saya langsung masuk masjid dan menuju shaf pertama. Belum sampai saya di shaf pertama, ketua DKM yang biasa disapa “Pak Haji” membopong saya untuk menjadi imam. Maka saya langsung menuju mihrab tempat imam. Setelah memperhatikan dan meluruskan shaf, saya langsung menghadap kiblat dan memulai shalat dengan bertakbir, “Allahu Akbar...!”
Setelah shalat dan berdzikir, saya lanjutkan dengan shalat sunnah ba’diyah. Ada kebiasaan yang dilakukan pada malam jum’at di masjid tersebut, yaitu membaca surat Yasin yang dikenal dengan istilah “Yasinan”. Maka sayapun ikut bergabung dengan jama’ah. Setelah acara Yasinan selesai, saya diingatkan oleh “Pak Haji” kalau kain sarung yang saya pakai bolong. Maka sayapun memeriksanya, dan ternyata.... “Masya Allah...., Astaghfirullah....” sarung saya bolong di bagian belakang sejajar dengan lutut. Lantas saya konfirmasi ke “Pak Haji” mengapa tidak memberitahu sebelum shalat maghrib tadi. Beliau menyatakan kagok (tanggung) karena saya tadik sudah takbiratul ihram.
Hukumnya :
  1. Di antara syarat sah shalat ialah harus menutup aurat. Sementara dalam kasus di atas ada sebagian aurat (kemungkinannya) terlihat. Dalam kondisi normal (di mana seseorang mengetahui bahwa pakaiannya tidak menutup aurat) tentu hal ini menyebabkan shalat tidak sah. Akan tetapi untuk kondisi di atas, imam tidak menyadari jika kain sarungnya bolong di bagian belakang.
  2. Makmum yang mengetahui imam memakai sarung bolong wajib mengingatkan.
Hikmahnya :
Kejadian di atas memiliki beberapahikmah yang dapat diambil oleh saya sendiri atau oleh jama’ah shalat yang lain, di antaranya :
  1. Tidak tergesa-gesa dalam melakukan persiapan shalat.
  2. Selalumengecek pakaian yang dikenakan saat shalat.


Parakan Salak, 22 Desember 2011 (By : Abu Adhyan)

Membentuk Keluarga Qur'ani


Membentuk Keluarga Qur’ani
Oleh : Ust. H. Mutammimul’Ua, S.H. *)

Kewajiban Terhadap Al Qur`an
Pertanyaan pertama Apa kewajiban kita terhadap Al Qur`an :   
  1. Meyakini kebenaran Al Qur`an. Pelajaran dari Awal surta Al BAqarah bahwa tidak ada keraguan dalam A Qur`an sehingga kita meyakini kebenaran Al Qur`an seutuhnya. Keyakinan ini diberikan di awal Al Qur`an agar energi kita tidak banyak terbuang untuk mencari `kebenaran ` Al Qur`an namun banyak dimanfaatkan untuk mengambil pelajaran dari Al Qur`an itu sendiri.
  2. Melaksanakan atau mengamalkan. Karena dengan pelaksanaannya lah Al Qur`an akan memberikan efek transformasi, meningkatkan derajat kehidupan. Inilah maksud dari hadits berikut
Umar Radliyallahu`anhu berkata bahwa Nabi Muhammad Shallallahu`alahi wasallam telahbersabda " Sesungguhnya Allah akan meninggikan suatu kaum dengan Al Qur`an dan merendahkan yang lainnya karena Al Qur`an pula"
  1. Membaca Al Qur`an. Hal ini adalah bagian dari point diatas yaitu sebagai buah dari keyakinan terhadap Al Qur`an juga jalan menuju pelaksanaan Al Qur`an.
Seorang mu`min, tentunya sempat membaca Al Qur`an dalam sholat-sholat mereka. Namun sebaiknya sempat juga membaca Al Qur`an di luar sholat, bahkan kalau bisa `tiada hari tanpa membaca Al Qur`an`.
Membaca Al Qur`an maksudnya melafalkan Al Qur`an, jadi tidak harus selalu membaca melalui tulisan namun bisa juga berasal dari hafalan. Bahkan kita ketahui bahwa Rasuulullah tidak mampu membaca, namun beliau adalah `Pembaca` qur`an yang terbaik karena beliau membacanya dari hafalan yang berada dalam hati beliau.
  1. Mentadabburi makna Al Qur`an.
Saat ini Alhamdulillah, sarana untuk memahami Al Qur`an semakin banyak. Diantaranya dengan tersebarnya qur`an terjemahan kedalam bahasa Indonesia, bahkan juga buku-buku tafsir yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.
  1. Mendakwahkan atau menyebarkan ajaran Al Qur`an. Sebagaimana dalam hadits `khairukum man ta`allamal qur`an wa`allamahu`.  Bahkan kalau bisa apapun profesi kita sebaiknya kita memiliki profesi  juga sebagai `Pengajar Al Qur`an` mulai dari membaca, mengambil ilmu darinya, juga usaha-usaha mengamalkannya dalam keseharian.
  2. Mendidikan Al Qur`an kepada anak kita.
Berdasarkan hadits rasuululllah..  `allimuu aulaadakum hubbi nabiyyihi, hubbi ahlibaitihi, wa qiraa-atil qur`an`. Sehingga mendidik alqur`an adalah salah satu kewajiban orang tua kepada anaknya yang diwasiatkan oleh Rasuulullah shallallahu`alaihi wasallam.
Hikmahnya, karena setelah kita meninggal maka amal kita terputus, kecuali beberapa hal diantaranya `waladun sholihun yad`u lahu`.
Nah, bagaimana mungkin muncul anak sholih bila sebelumnya tidak pernah mendapat pendidikan Al Qur`an.
Juga agar anak-anak kita menjadi orang yang mulia, karena Al Qur`an itu mulia dan akan memuliakan orang-orang yang mengambil pelajaran dan mengamalkannya atau orang yang terdidik dengan Al Qur`an.

Bagaimana Mendidik Anak dengan Al Qur`an ?
Apa yang kita lakukan agar anak kita terdidik dengan Al Qur`an ?
  1. Orang tuanya harus memberi teladan. Bila kita ingin anak kita memiliki sifat yang baik, maka hendaklah hal itu pertama kali ia lihat dari teladan orang tuanya. Karena pelajaran dari melihat contoh nyata lebih mengena dibandingkan pengajaran teori. Dalam bahasa arab dikenal istilah `lisaanul haal afshohu min lisaanil qaul`. Itu juga diantara hikmah diutusnya para Rasul untuk menjadi `teladan nyata` pelaksanaan ajaran ilahi bagi ummatnya.
  2. Mengajarkan membaca Al Qur`an. Pada asalnya orang tua tidak harus mengajarkan langsung Al Qur`an pada anaknya, karena bisa pula diwakilkan dengan dengan mendatangkan guru bagi anak-anak kita. Namun bila kita mewakilkan pengajaran Al Qur`an maka kita kehilangan amal jariyah yang besar, amal yang akan senantiasa mengalir selama anak-anak tersebut kelak mengambil manfaat dari pendidikan qur`an yang kita ajarkan.
Kapan kita mengajarkan Al Qur`an  pada anak kita ?
  • Mengenal huruf Al Qur`an kira-kira dimulai sejak tiga tahun.
  • Mengajarkan Al Qur`an dalam artian membiasakannya untuk berinteraksi dengan Al Qur`an dengan mendengarkan pembacaan Al Qur`an. Yaitu dengan memperdengarkan Al Qur`an.  Maka hal ini bisa dimulai lebih awal bahkan sejak anak-anak tersebut masih dalam kandungan.

Sampai kapan anak kita diajarkan qur`an ?
Pengajaran al qur`an diberikan hingga akhir kehidupannya. Jadi pengajaran Al qur`an tidak berhenti hanya ketika usia SD, namun klo bisa terus berlanjut bahkan hingga dewasa.
  1. Membangun lingkungan pengajaran Al Qur`an
  2. Menasehati terus menerus tentang kemuliaan Al Qur`an.
  3. Mengulang-ulang pembacaan Al Qur`an
  4. Memberikan reward and punishment, sebagai apresiasi atas keberhasilan anak yang akan memotivasinya untuk terus belajar.
  5. Mendo`akan anak-anak kita. Bisa do`a secara umum untuk kebaikan anak-anak kita, bisa juga ditambahkan do`a-do`a khusus misalnya agar anak-anak kita menjadi penghafal Al Qur`an juga sukses mentadabburi dan mengamalkan Al Qur`an.
*) Orangtua 10 Bintang Penghafal Al-Qur’an.

Selasa, 02 April 2013

Gerakan 'Pungut Sampah'


Gerakan 'Pungut Sampah'
Oleh : Suhandi, M.Pd.I

Memiliki lingkungan yang bersih merupakan impian yang di idam-idamkan banyak orang dan lembaga, termasuk sekolah. Sekolah, sebagai lembaga pendidikan memang seharusnya berusaha dengan program yang sistematis mewujudkan lingkungannya bersih, khususnya bersih dari sampah.
Jika kita berkunjung ke berbagai sekolah, kata “bersih” bak menjadi primadona yang berderet di antara kata-kata lain dalam visi, misi, tujuan, dan tema yang diusung. Akan tetapi, dalam realisasinya masih banyak sampah yang bertebaran di berbagai tempat, terutama di tempat-tempat yang tersembunyi, seperti lorong, selokan, pojok-pojok ruangan, atas lemari, laci, dan sebagainya.
Di antara sekian banyak program kebersihan lingkungan, ada satu hal yang sederhana yang bisa dilakukan oleh siapa saja, murah dan efektif, yakni membudayakan 'Gerakan Pungut Sampah'. Jika boleh meminjam istilah “3M” yang dipopulerkan oleh KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) yakni, Memulai dari diri sendiri, Memulai dari hal terkecil, dan Memulai dari saat ini (sekarang), maka seluruh komponen sebuah lembaga, baik siswa, guru, kepala sekolah, petugas kebersihan, keamanan, sampai pengurus yayasan harus menjadikan diri sendiri sebagai orang pertama yang memungut sampah. Lho... kok mungut sampah? Ya, memang! Setiap kita harus tahu, mau, dan mampu menggerakkan tangan untuk mengambil sampah di manapun dan kapanpun. Di mana ada sampah, kita ambil. Bukankah menjaga kebersihan bagian dari iman?
Memungut sampah memang sebuah hal yang sederhana, akan tetap ketika ini sudah menjadi budaya pada setiap pribadi di sebuah sekolah, maka akan berdampak luar biasa. Kebersihan lingkungan akan terwujud jika diawali dari hal-hal kecil, seperti memungut sampah. Kapan memungut sampah dilakukan? Ya, sekarang juga! Setiap ada sampah, langsung pungut tanpa harus menunggu instruksi atau perintah siapapun.
Bagaimana membudayakan 'Gerakan Pungut Sampah'? Ada 4 (empat) aksi yang dapat dilakukan oleh setiap kita agar 'Gerakan Pungut Sampah' menjadi budaya hidup, yaitu : LIHAT, PUNGUT, BAWA, SIMPAN. Siapapun kita, jika melihat sampah, langsung pungut, bawa ke tempat di mana ada tempat sampah. Jangan sungkan menteng sampah jika tempat sampah jarahnya jauh dari tempat ditemukannya sampah, kemudian simpan dan masukkan sampah ke tempatnya.
Satu hal yang harus ditumbuhkan dalam membudayakan 'Gerakan Pungut Sampah' ialah menjauhkan diri dari rasa malu. Jangan pernah malu jika anda memungut sampah, justru memungut sampah merupakan amal yang mulia. Harusnya kita lebih malu jika terdapat sampah di sekitar kita, dan kita membiarkannya.
Semoga, hal yang sederhana ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk membudayakan 'Gerakan Pungut Sampah', sehingga kita semua menjadi pribadi-pribadi yang bersih, peduli terhadap kebersihan dan lingkungan yang bersih tidak sekedar menjadi slogan, tetapi menjadi keyataan, amiin.